Danau Sentani
Danau Sentani
Pada
jaman dahulu kala, beberapa penduduk purba dari wilayah Papua Nugini melakukan
perjalanan panjang dengan mengendarai seekor naga. Mereka mencari wilayah baru
untuk ditempati dan berencana menetap disana. Namun, malangnya naga yang mereka
kendarai tidak mampu terbang lebih jauh dan akhirnya jatuh melesat ke sebuah
danau besar. Naga itu akhirnya mati terendam dalam danau tersebut.
Tetapi,
tidak demikian dengan nasib beberapa penunggang naga tersebut. Mereka selamat
dan terjebak di atas bagian tubuh naga yang menyembul keluar dari permukaan
danau. Akhirnya, mereka terdampar di danau itu dan tinggal di tubuh naga yang
mati. Menurut legenda, kepala naga itu menjadi pulau di sisi timur danau,
bagian ekor menjadi pulau di sisi barat, dan tubuh menjadi pulau di bagian
tengah dan bernama Pulau Asei. Danau tersebut adalah danau Sentani dan hingga
kini warga Sentani percaya asal-usul mereka bermula dari kisah orang-orang
Papua Nugini yang menunggang naga.
Berawal
dari kisah Legenda penunggang naga ini, Danau Sentani menjadi danau yang sangat
terkenal di propinsi Papua. Danau yang berada di selatan kabupaten Jayapura ini
memiliki luas 9.360 hektar dan kedalaman 70 meter di bawah permukaan laut.
Wilayah danau yang merupakan satu kesatuan dengan cagar alam Pegunungan
Cycloops ini memiliki panorama alam yang indah dan sarat akan nilai budaya.
Danau
Sentani menjadi salah satu pariwisata unggulan yang dimiliki Papua. Danau
dengan pemandangan yang memukau ini melingkupi 24 desa dengan berbagai kesenian
serta budaya yang menarik bagi para wisatawan. Bahkan, menurut pendapat
beberapa warga setempat, kerajinan tangan seperti lukisan kulit kayu, maupun
lukisan batu termasuk hasil kesenian yang terbaik di seluruh bumi Papua.
Tidak
hanya budaya dan keseniannya, Danau Sentani juga terkenal akan kekayaan alamnya
yang luar biasa. Keanekaragaman hayati berupa Pohon Matoa, Pohon Pinang maupun
Kayu Putih menjadi tanaman khas yang banyak dijumpai di sekitar danau. Selain
itu, berbagai jenis fauna darat dan air seperti kupu-kupu, Ikan Nila, Ikan
Lohan, maupun Ikan Tawas, tersebar luas di sekitar perairan Danau Sentani.
Bahkan, konon Ikan Hiu Gergaji air tawar yang dikabarkan sudah punah, pernah
menjadi hewan khas Danau Sentani.
Kondisi
pariwisata yang menarik ini tidak hanya berhenti sampai di kekayaan alam dan
budaya. Berbagai keunggulan ini dibawa ke tingkat yang lebih lanjut oleh
Pemerintah daerah melalui Festival Danau Sentani. Festival ini diadakan setahun
sekali, biasanya pada pertengahan bulan Juni. Festival yang biasa diadakan di
wilayah Kalkote, tepian danau Sentani ini menghadirkan berbagai budaya dan
kesenian setempat.
Warga
yang umumnya berprofesi sebagai nelayan, menjadikan ajang ini sebagai sarana
promosi kebudayaan Sentani. Mereka menampilkan Tarian, Kerajinan khas, bahkan
berbagai produk budaya lainnya secara unik dan indah dalam Festival tahunan
ini.
Danau
Sentani berada di wilayah Sentani, ibukota kabupaten Jayapura. Danau ini dapat
ditempuh selama 15 menit dari bandara Sentani dan terbentang luas di sepanjang
perjalanan menuju kota Jayapura. Hembusan angin yang sejuk dan ketenangan yang
damai akan terasa ketika memasuki wilayah Danau Sentani. Bahkan, untuk lebih
menyatu dengan alam Danau Sentani, wisatawan dapat berkeliling dan mengunjungi
pulau-pulau di Danau Sentani dengan menyewa perahu motor yang tersedia.
Rasanya,
tidak cukup sehari untuk menikmati keindahan Danau Sentani. Tetapi tidak perlu
khawatir, karena di sekitar Danau dan kota Sentani sudah tersedia
penginapan-penginapan dengan harga yang terjangkau apabila dirasa perlu untuk
menginap. Danau Sentani adalah danau yang indah yang sarat akan keindahan alam
serta keunikan nilai budaya setempat. Setelah menikmatinya, kita akan semakin
yakin betapa indah kayanya Indonesia tercinta ini.
0 comments:
Post a Comment