Viewer

Wednesday, December 4, 2019

Kerajaan Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung


Taman Nasional Bantimurung


Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung atau disingkat TN. Babul terletak di Sulawesi Selatan, Taman Nasional ini berdiri diatas lahan seluas ± 43.750 Ha. Secara administrasi pemerintahan, kawasan taman nasional ini terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Taman nasional ini mulai ditunjuk menjadi kawasan konservasi atau taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004. Saat ini dikelola oleh Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, yang berkedudukan di kecamatan Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan.


Taman Nasional ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang menyuguhkan wisata alam berupa lembah bukit kapur, air terjun, gua, stalakmit, stalaknit dan yang terkenal adalah habitat beragam spesies kupu-kupu. Hal inilah yang menjadikan Batimurung dijuluki sebagai The Kingdom of Butterfly atau kerajaan kupu-kupu oleh Alfred Russel Wallace. Antara tahun 1856-1857, Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan tersebut untuk meneliti berbagai jenis spesies kupu-kupu.
Taman Nasional ini memang menonjolkan kupu-kupu sebagai daya tarik utamanya. Di tempat ini sedikitnya ada 20 jenis spesies kupu-kupu yang dilindungi pemerintah dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 7/1999. Beberapa jenis spesies kupu-kupu yang unik dan hanya terdapat di Sulawesi Selatan ini, yaitu Troides Helena LinneTroides Hypolitus CramerTroides Haliphron BoisduvalPapilo Adamantius, dan Cethosia Myrana. Selain kupu-kupu sebagai daya tarik utama Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, terdapat objek wisata lain seperti gua. Disana terdapat lebih dari 80 Gua alam dan Gua prasejarah yang tersebar di kawasan karst TN Bantimurung-Bulusaraung. Dua buah gua yang menjadi prioritas utama wisatawan adalah Gua Batu dan Gua Mimpi.
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Seperti penjelasan diatas bahwa Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung ini memiliki objek wisata yang berupa air terjun. Air terjun yang dikenal dengan nama air terjun Bantimurung ini memiliki sejarah, yaitu dalam perjanjian Bungaya I dan perjanjian Bungaya II pada tahun 1667-1669, Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda. Hal ini menjadikan bentuk-bentuk pemerintahan atau kerajaan-kerajaan kecil yang berada di dalam wilayah Kerajaan Maros diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar Regent atau gelar yang setara dengan Bupati.
Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik Adat Gemenschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih dari bangsawan lokal dengan gelar Karaeng, Arung atau Gallarang. Kerajaan Simbang merupakan salah satu Distrik Adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah Kerajaan Maros. Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar Karaeng.
Pada sekitar tahun 1923, seseorang yang bernama Patahoeddin Daeng Paroempa menjadi Karaeng Simbang. Ia mulai mengukuhkan kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang. Hal ini bertujuan agar transportasi dari kerajaan ke daerah-daerah di sekitarnya menjadi lancer dan lebih mudah. Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Namun, pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dari dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan jalan tersebut.
Saat itu para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh yang terdengar begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa langsung ke dalam hutan asal dari suara gemuruh tersebut. Setelah sang pegawai kerajaan melakukan pemeriksaan ke lokasi tersebut, Karaeng Simbang lalu bertanya dalam bahasa bugis “Aga ro merrung?” yang artinya suara apa itu yang bergemuruh?. Dan sang pegawai tersebut menjawab “Benti, Puang,“ yang artinya Air, Tuanku.
Kosa kata seperti ini biasanya diucapkan ketika bertutur kata dengan kaum bangsawan. Mendengar laporan tersebut, Karaeng Simbang lalu memutuskan melihat langsung asal sumber suara gemuruh yang dimaksud. Sesampainya di tempat asal suara tersebut, Karaeng Simbang terpana dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung. Beliau lalu berujar; “Makessingi kapang narekko iyae onroangngnge diasengi Benti Merrung!“ yang artinya mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh.
Air terjun Bantimurung
Berawal dari kata Bentimerrung inilah kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung. Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Selain itu daerah di sekitar air terjun tersebut dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai oleh seorang kepala kampung bergelar Pinati Bantimurung. Jika anda ingin berkunjung ke Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, anda terlebih dahulu harus menemukan Pasar Sentral Maros, karena dari tempat inilah anda dapat menemukan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dengan mudah. Dari Pasar Sentral Maros anda dapat menggunakan angkutan umum jurusan Maros-Bantimurung-Sambueja yang akan mengantar anda sampai pintu masuk Taman Nasional.

Sumber: https://katalogwisata.com/kerajaan-kupu-kupu-di-taman-nasional-bantimurung-bulusaraung#.XeiJnjNKg2w

0 comments:

Post a Comment